Jumat, 06 Januari 2012

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA MELAKUKAN INVESTIGASI, EKSPLORASI DAN EKSPERIMEN SEBAGAI ALAT PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

Abstrak
Masalah   pokok   dalam   penelitian   ini   adalah   bagaimana    pembelajaran   dan   evaluasi   matematika   untuk menumbuhkkembangkan kompetensi bernalar melalui kegiatan investigasi, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah matematika bagi siswa SD. Penelitian dilaksanakan di empat SD, yaitu  SDN Tanjung Mekar yang berada di Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya, SDN Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya, SDN Galunggung 4, dan SDN Galunggung 5 Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Subyek penelitian ialah siswa kelas IV sebanyak 106 orang. Masalah yang ditemui di lapangan, pembelajaran matematika kurang memberikan kesempatan pebelajar mengembangkan kompetensi bernalar melalui aktivitas investigasi, eksplorasi dan eksperimen sesuai amanat kurikulum matematika. Pembelajaran matematika dilaksanakan   selalu berlangsung dalam bentuk formal (abstrak), akibatnya pengalaman  belajar  matematika  pebelajar  kurang  tumbuh  berkembang  secara  bermakna  dan  optimal.  Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperbaiki sehingga aktivitas investigasi, eksplorasi dan eksperimen matematika dapat meningkatkan kompetensi bernalar siswa. Metode penelitian adalah  deskriptif  analitik.  Hasil  pembelajaran  matematika  dengan  model  yang  biasa  dilaksanakan  para  guru  yang bersifat formal, menghasilkan pemahaman dan daya serap materi yang kurang memuaskan, yaitu rata-rata 54,96%. Setelah  pola  pembelajaran  matematika  digunakan  pengembangan  aktivitas  investigasi,  eksplorasi  dan  eksperimen maka pemahaman siswa (106 orang) meningkat tajam, yaitu rata-rata 93,71%.
Kata Kunci: investigasi, eksplorasi, eksperimen


PENDAHULUAN
Kurikulum 2004, yaitu kurikulum berbasis kompetensi telah dilaksanakan di sekolah dasar. Fungsi dan tujuan kurikulum matematika berbasis   kompetensi   adalah   untuk mengembangkan kemampuan   bernalar   melalui   kegiatan   penyelidikan, eksplorasi,  dan  eksperimen,  sebagai alat  pemecahan masalah  melalui  pola  pikir  dan  model  matematika  serta sebagai  alat komunikasi  melalui  simbol,  tabel,  grafik, diagram dalam menjelaskan gagasa (Depdiknas,2003).

Implikasi   kurikulum   tersebut   adalah   perubahan terhadap   pelaksanaan   pembelajaran   baik   bagi   para guru maupun siswa. Para guru harus memiliki kesiapan yang baik dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut. Kesiapan dan kemantapan guru yang dimaksud adalah   kemampuan   para   guru   menyusun   rancangan pembelajaran  yang  sesuai  dan  tepat  pelaksanaannya sesuai kurikulum, guru menjadi percaya diri dan konsisten dalam  pelaksanaan   kegiatan   pembelajaran   sehingga mampu  menumbuhkembangkan  kompetensi  matematik siswa.  Para  guru  harus  memiliki  kemampuan  dan  atau keahlian menyusun  model   pembelajaran   matematika yang   dapat   mengembangkan   kemampuan   bernalar sebagaimana tersebut dalam fungsi dan tujuan di atas.
Tujuan penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran dan evaluasi matematika untuk  menumbuhkembangkan kemampuan bernalar
Dalam   belajar   matematika   dapat   dibayangkan bahwa penciptaan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk  mengkonstruksikan  pengertian  sendiri  terhadap suatu  konsep  akan  lebih  menarik  dan  bermanfaat  bagi pebelajar,   bila   dibandingkan   dengan   jika   pengertian tersebut diperoleh secara langsung dari guru. Pendidikan matematika, melalui pengajaran matematika yang wajar, dipandang memiliki peluang dalam menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar sepanjang  hayat, yang  selanjutnya  disebut  kemampuan berkembang (Arifin,2000:1).
Pembelajaran     matematika    di SD kurang menumbuhkan   belajar   siswa   aktif,   artinya   kegiatan belajar kurang melibatkan pemanfaatan pengalaman atau pengetahuan  yang  telah  diperolehnya.  Tetapi  mereka hanya  menerima  pengalaman  atau  pengetahuan  orang lain  (guru),  melalui  suatu  cara  penyampaian,  sebagai pengetahuan barunya. Siswa kurang diberi kesempatan dan   dilatih   mengajukan   pertanyaan   atau   tanggapan terhadap masalah yang disajikan guru. Sebaliknya secara mekanis  dan  tertulis  gurulah  yang  kerap  mengajukan pertanyaan,  sehingga  para  siswa  banyak  menghadapi kesulitan    memahami suatu masalah  matematika.

Pembelajaran matematika di SD pada umumnya kurang memberi   banyak   kesempatan   pada   pengembangan kemampuan  siswa  secara  optimal.  Sebetulnya  banyak kegiatan  matematika  yang  dapat  dilakukan  siswa,  akan tetapi karena guru banyak mengendalikan belajar siswa secara  konvensional,  sehingga  kegiatan  belajar  siswa kurang  efektif  dan  kurang  menumbuhkan  gairah  belajar (kreatif).   Dengan  pembelajaran  seperti  kondisi  di  atas maka   masih   jauh   tercapainya   tujuan   pembelajaran matematika  di  SD  untuk  “melatih  cara  berpikir  secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten (Depdiknas, 2003).
Dalam  upaya  mengembangkan   kemampuan,  dan kreativitas   siswa   belajar   matematika   sesuai   dengan tujuan  kurikulum  di  atas,  maka  harus  dikembangkan pembelajaran     matematika      yang    tidak hanya mengkondisikan   para   siswa   sebagai   penerima   saja pengetahuan dari guru. Tetapi suatu kondisi dimana guru dapat menjadi motivator siswa dalam kegiatan memahami dan   mengkonstruksi   pengetahuannya,   dan   sebagai fasilitator dalam menumbuhkan    kemampuan siswa memecahkan  masalah  matematik.  Untuk  pembelajaran matematika  yang  dapat  mengembangkan  pengalaman ber-matematika  siswa,  dimana  siswa  dapat  bergairah dan  aktif  dalam  proses  belajarnya,  membaca,  berlatih soal, merumuskan pertanyaan dan pelaporan, diperlukan model pembelajaran yang sesuai.
Alternatif pengembangan model yang sesuai dengan tingkat perkembangan  kognitif  siswa  menjadi pertimbangan                    utama, agar siswa dapat   mudah melaksanakan proses belajar secara   wajar. Model Pembelajaran yang dapat memadukan kegiatan-kegiatan penyelidikan (investigation) eksplorasi (exploration) dan  eksperimen (experiment)  sebagai  alat  pemecahan masalah matematik   di   tingkat   sekolah   dasar   yang dikembangkan   secara   dinamis, agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan  yang  sesuai  dengan  tuntutan kurikulum berbasis kompetensi.
Salah   satu   prinsip   paling   penting   dari   psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan  pengetahuan  kepada  siswa,  tetapi  siswa harus   membangun   pengetahuan   di   dalam   benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini, dengan cara- cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna   dan   sangat   relevan   bagi   siswa,   dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau  menerapkan  sendiri  ide-ide  dan  dengan  mengajak siswa  agar  menyadari  dan  secara  sadar  menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi  pebelajar  tangga  yang  dapat  membantunya mencapai  tingkat  pemahaman  yang  lebih  tinggi,  namun harus  diupayakan  agar  siswa  sendiri  yang  memanjat tangga tersebut (Nur M,2000:2).

METODE PENELITIAN
Kegiatan   penelitian   tindakan   kelas   (classroom   action research)   ini   adalah   kegiatan   pengembangan   yang dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif guru-guru SD dan peneliti. Guru dan peneliti merancang bahan ajar bersama-sama untuk pembelajaran di kelas, pelaksanaan pembelajaran   di   kelas   dilakukan   secara   bergantian, namun  peneliti  bekerja  bersama-sama  di  kelas.  Proses pembelajaran  diobservasi  secara  penuh,  dilaksanakan evaluasi   proses   dan   evaluasi   hasil.   Setelah   selesai kegiatan  pembelajaran,  data  hasil  observasi  direfleksi untuk  dianalisis  secara  rinci  sehingga  dapat  disintesis ide-ide   baru   untuk   menyempurnakan   materi, model pembelajaran  dan  model  evaluasi  yang  dikembangkan.

Rangkaian   tahap-tahap   kegiatan   penelitian   tersebut merupakan siklus-siklus tindakan, sehingga setiap siklus meliputi   kegiatan-kegiatan   perencanaan,   pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dengan melaksanakan secara  periodik  siklus-siklus  pembelajaran  diharapkan dapat mencapai tujuan penelitian.
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  sekolah  dasar  yang berada di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa SD kelas IV sebanyak 106 orang siswa.  Penjaringan data yang diperlukan dilakukan melalui instrumen-instrumen observasi, studi dokumentasi, angket,  wawancara  dan  tes  kemampuan.  Data  yang diperoleh  selanjutnya  dianalisis  secara  kuantitatif  dan kualitatif untuk memenuhi kebutuhan membuat keputusan. Prosedur  penelitian  yang  dilaksanakan  secara  lengkap dalam  tiga  tahap,  yaitu  meliputi  tahap  identifikasi  dan penyusunan  bahan  pembelajaran,  tahap  implementasi pembelajaran dan tahap evaluasi serta penyempurnaan model pembelajaran. Ketiga tahapan tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam siklus. Rincian masing tahapan adalah sebagai berikut.
Pada tahap pertama, peneliti   malakukan: (1) orientasi  dan  identifikasi  permasalahan  yang  meliputi bahan  ajar  yang  telah  dimiliki,  kegiatan  pembelajaran yang  biasa  dilakukan  termasuk  penggunaan  media  dan model evaluasi yang dilaksanakan, dan (2) mengkaji hasil identifikasi  sebagai  bahan  untuk  menyusun  perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi pelajaran, media dan alat  peraga,  model  evaluasi,  dan  strategi  pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi penelitian.
Pada  tahap  kedua,  peneliti  melakukan  pengkajian lebih  lanjut  terhadap  bahan-bahan  pembelajaran  yang telah    disusun,    kemudian    direviu    sehingga    sampai mendapatkan  keputusan  yang  layak  untuk  digunakan. Kemudian   peneliti   melaksanakan   kegiatan   di   kelas- kelas yang telah ditentukan menggunakan bahan-bahan pembelajaran  tersebut.  Pada  pelaksanaan  penelitian dilakukan   kegiatan-kegiatan:   (1)   observasi   tindakan pembelajaran  di  kelas  untuk  merekam  semua  gejala aktivitas agar mengetahui efektivitas dan efisiensi bahan- bahan pembelajaran yang dikembangkan, (2) melakukan tes kemampuan investigasi, eksplorasi, eksperimen dan pemecahan  masalah  matematik,  dan  (3)  mengadakan wawancara  dan  pengisian  angket  untuk mengumpulkan informasi  yang  tidak  terjaring  oleh  tes  kinerja  dan  tes tulis.
Tahap ketiga, merupakan tahap refleksi dan evaluasi dalam   upaya   penyempurnaan   bahan-bahan   ajar   dan model  yang  dikembangkan.  Kegiatan  yang  dilakukan meliputi (1)   pemeriksaan,   pengkajian   dan   penilaian efektivitas, efisiensi dan kesesuaian bahan ajar dan model pembelajaran yang dikembangkan, (2) pemeriksaan dan penilaian respon dan kinerja siswa terhadap pelaksanaan model  pembelajaran,  dan (3) revisi,  melengkapi  dan penyempurnaan model yang dikembangkan.

HASIL PENELITIAN
Dari  empat  sekolah  dasar,  yaitu  SDN  Rajapolah  yang memiliki   siswa   kelas   IV   sebanyak   29   orang,   SDN Tanjung Mekar yang memiliki siswa kelas IV sebanyak 23 orang, SDN Galunggung 4 yang memiliki siswa kelas IV sebanyak 33 orang dan SDN Galunggung 5 yang memiliki siswa kelas IV sebanyak 21 orang, diperoleh data hasil penelitian sebagai berikut. Data kondisi awal yang terjaring mencakup  (1)  kondisi  guru-guru  dan  fasilitas  belajar siswa  kelas  IV,  (2)  kondisi  pelaksanaan  pembelajaran matematika di kelas IV, (3) kemampuan matematika siswa kelas IV.
                                            




















Hasil Umum Wawancara dengan guru kelas IV


No.

Pertanyaan

jawaban
1.




2.




3.



4.




5.


Materi apa yang sulit dipahami siswa Ibu/Bapak dalam transfer belajar?



Upaya apa yang dilakukan Ibu/Bapak untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap kesulitannya?

Apakah Ibu/Bapak menggu-nakan beberapa buku sumber? Mengapa menggunakan beberapa buku sumber dengan penerbit yang berbeda?

Kendala apa saja yang dialami Ibu/Bapak dalam pembelajaran matematika?

Apakah setiap menanamkan konsep menggunakan alat peraga
Menerapkan penjumlahan dan perkalian pada keliling bangun datar gabungan,Luas bangun-bangun datar, menghitung sudut segitiga, konversi satuan ukuran panjang, satuan ukuran berat, bilangan pecahan dan operasinya, soal-soal cerita.

Memberi tugas kelompok latihan soal.


Beberapa buah buku sumber digunakan dalam pembelajaran. Beberapa penerbit biasanya menjual langsung ke sekolah. Isi buku yang satu dapat melengkapi kekurangan isi buku yang lain.

Tidak cukup memiliki alat-alat peraga yang menunjang materi.

Pembelajaran jarang memanipulasi alat peraga.


Hasil   observasi   terhadap   bahan   pembelajaran
yang dipersiapkan guru-guru kelas IV, setelah dianalisis menggunakan “rating-scale” adalah sebagai berikut:
Jumlah skor kriterium (skor tertinggi = 5) = 5 x 23 x
4 = 460
Jumlah  skor  hasil  pengumpulan  data  =  249  (=  59
+  61  +  65  +  64).  Dengan  demikian  kualitas  bahan pembelajaran  berdasarkan  hasil  penilaian  terhadap

produk empat orang guru kelas IV adalah 249 : 460
= 54,13% .
Hasil  observasi  pelaksanaan  pembelajaran  pada kelas  IV  dapat  dijelaskan  sebagai  berikut.  Jumlah  skor hasil  pengumpulan  data  =  243  (=  52  +  62  +  68  +  61). dapat dijelaskan sebagai berikut.
Jumlah  skor  kriterium  =  5  x  20  x  4  =  400.  Dengan demikian kualitas pelaksanaan pembelajaran adalah
243 : 400 = 60,75 % dari kiteria yang ditetapkan.

REKAPITULASI
jAWABAN SISWA yANg BENAR UNTUK SETIAP SOAL PADA TES AWAL
NO. SOAL


1


2


3


4


5


6


7


8


9


10


11


12


13


14


15

SD
jumlah
Siswa

SDN RAJAPOLAH

29
22

75,86
28

96,55
28

95,55
14

48,27
28

96,55
15

51,72
18

62,07
25

86,21
14

48,27
7

24,13
12

41,37
27

93,10
14

48,27
0

0
2

6,89
Urutan Soal
Tersulit


8

11

11

5

11

6

7

9

5

3

4

10

5

1

2

SDN TANJUNG MEKAR

23
3

13,04
8

34,78
3

13,04
15

65,21
14

60,86
14

60,86
15

65,21
15

65,21
18

78,26
0

0
7

30,43
21

91,30
6

26,08
7

30,43
2

8,69
Urutan Soal
Tersulit


3

6

3

8

7

7

8

8

9

1

5

10

4

5

2

SDN GALUNGGUNG IV

33

21

63,63

22

66,67

19

57,57

30

90,91

19

57,57

14

42,42

26

78,78

15

45,45

24

72,72

13

39,39

14

42,42

18

54,54

14

42,42

12

36,36

3

9,09
Urutan Soal
Tersulit


8

9

7

11

7

4

10

5

8

3

4

6

4

2

1
SDN GALUNGGUNG V

21
15

71,43
14

66,67
17

80,95
17

80,95
19

90,47
11

52,38
17

80,95
20

95,23
20

95,23
4

19,04
11

52,38
15

71,43
13

61,90
10

47,61
3

14,28
Urutan Soal
Tersulit


6

5

7

7

8

4

7

9

9

2

4

6

5

3

1

Jumlah Siswa

106
















Keterangan topik soal:
1. Keliling bangun datar                     2. Luas daerah bangun datar
3. Ukuran sudut                                   4. Jenis sudut
5. Satuan panjang                              6. Satuan panjang
7. Waktu                                               8. Satuan berat
9. Gambar pecahan                            10. Urutan pecahan
11. Jenis bilangan                                12. Soal cerita perbandingan
13. Soal cerita satuan berat              14. Istilah sudut
15. Luas daerah bangun datar gabungan


“JURNAL, Pendidikan Dasar  Nomor: 8 - Oktober 2007

REKAPITULASI
jAWABAN SISWA yANg BENAR UNTUK SETIAP SOAL PADA TES AKHIR
NO. SOAL

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

SD
jumlah
Siswa

SDN RAJAPOLAH

29

26

28

29

27

29

26

28

29

29

27

29

28

25

28

27
SDN TANJUNG MEKAR

23

22

19

20

21

23

22

23

21

23

19

21

22

20

23

22

SDN GALUNGGUNG IV

33

29

30

21

31

32

28

30

29

31

32

32

32

28

30

29
SDN GALUNGGUNG V

21

19

21

20

20

20

20

21

19

20

19

20

21

20

19

21


Jumlah Siswa


106

















Sikap siswa setelah  kegiatan pembelajaran matematika menggunakan keterampilan proses investigasi, eksploratif, dan eksperimentil
Angket 1

No.

Pernyataan
Jawaban
SS
St
Rg
TS
STS
1.
Cara mengajar guru, meningkatkan minat dan kepercayaan diri saya serta mendorong dan mempermudah saya belajar.

0

97

5

4

0
2.
Sikap guru di kelas membantu terciptanya suasana belajar yang hidup sehingga saya berani mengemukakan pendapat saya.

0

96

10

0

0
3.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu dan berguna.

0

104

2

0

0
4.
Matematika membantu seseorang dalam berpikir dan mengembangkan dirinya.

95

7

4

0

0
5.
Saya mengalami banyak kesukaran dengan istilah dan simbol-simbol dalam Matematika.

0

0

0

102

3
6.
Saya merasa kesal, bosan dan enggan dalam memecahkan masalah
Matematika.

0

0

0

97

9
7.
Saya senang dan asyik bekerja dengan angka, dan alat-alat peraga
Matematika.

96

10

0

0

0
8.
Saya senang mengerjakan soal Matematika dan ingin mencoba memecahkan masalah baru.

0

94

0

12

0
9.
Saya suka mencoba menyelesaiakn soal-soal Matematika dengan beberapa cara yang berbeda.

0

88

0

18

0
10.
Pelajaran matematika menjadi jelas apabila menggunakan alat peraga.

72

22

12

0

0


Keterangan :

SS     = Sangat Setuju
St      = Setuju
Rg     = Ragu-ragu
TS     = Tidak Setuju
STS   = Sangat Tidak Setuju

KESIMPULAN

Berdasarkan  hasil  temuan  serta  pembahasan  di  atas dapat disiimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:







1.  Hasil wawancara dengan para guru kelas IV SD, yang terlibat  dalam  penelitian  ini  diinformasikan  bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika sangat jarang memanipulasi alat peraga,jadi  pelaksanaan






JURNAL, Pendidikan Dasar  Nomor: 8 - Oktober 2007

pembelajaran  bersifat  formal.  Hal  ini  tercermin  dari hasil observasi pada bahan dan persiapan mengajar menunjukan  kualitas  persiapan  54,13%  dan  pada pelaksanaan pembelajaran  60,75 %.
2.  Hasil pembelajaran matematika dengan model yang biasa dilaksanakan para guru sebagaimana di atas, menghasilkan  pemahaman  dan  daya  serap  materi yang  kurang  memuaskan,  yaitu  rata-rata  54,96%. Setelah  pola  pembelajaran  matematika  digunakan pengembangan pembelajaran investigasi, eksplorasi dan eksperimen maka pemahaman siswa (106 orang) meningkat  tajam,  yaitu  rata-rata  93,71%.  Artinya, guru  harus  menciptakan  pengalaman  belajar  siswa yang sesuai dengan tahap berfikir operasional konkrit jangan loncat ke tahap berfikir formal yang abstraks. Kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari konsep- konsep  atau  materi  pelajaran  Matematika  menjadi berkurang.  Dan  belajar  matematika  menjadi  tidak membosankan.
3.  Sikap   dan   respon   siswa   (106   orang)   terhadap pelaksanaan      pembelajaran    yang      menggunakan model yang tidak sama dengan pengalaman belajar sebelumnya  sangat  positif.  Hal  ini  diperoleh  dan dijaring   dengan   angket   sederhana   tentang   sikap mereka   setelah   mengikuti   kegiatan   pembelajaran dengan  peneliti.  Adapun                              hasilnya  adalah  77,55%. Setuju   dengan   cara   pembelajaran   baru, tingkat persetujuan terhadap sikap guru di kelas membantu tercipta suasana belajar yang hidup adalah 78,11%, tingkat   persetujuan   terhadap   Matematika   sebagai mata   pelajaran   yang   perlu   dan   berguna   adalah
79,24%;tingkat   persetujuan   terhadap   pernyataan Matematika   membantu   seseorang   dalam   berpikir dan mengembangkan dirinya adalah 97,17%; tingkat persetujuan  terhadap  pernyataan  saya  mengalami banyak kesukaran dengan istilah dan simbol-simbol dalam Matematika adalah 39,24 %; tingkat persetujuan terhadap pernyataan saya merasa kesal, bosan dan enggan  dalam  memecahkan  masalah  matematika adalah   38,30%; tingkat   persetujuan   terhadap pernyataan  saya  senang  dan  asyik  bekerja  dengan angka,   dan   alat-alat   peraga   matematika   adalah
98,11%;   tingkat   persetujuan   terhadap   pernyataan saya senang mengerjakan soal Matematika dan ingin mencoba memecahkan masalah matematika adalah
75,47%; tingkat persetujuan terhadap pernyataan saya suka mencoba menyelesaikan soal-soal Matematika dengan beberapa cara yang berbeda adalah 71,69%; tingkat persetujuan terhadap pernyataan matematika menjadi   jelas   apabila   menggunakan   alat   peraga adalah 91,32%.


DAFTAR  PUSTAKA
Departemen   Pendidikan   Nasional.   (2002).   Kurikulum
Mata  Pelajaran  Matematika     Untuk  Kelas  I   VI

Sekolah   Dasar.   Jakarta:   Badan   Penelitian   dan
Pengembangan Pusat Kurikulum.
Fisher, R. (1991). Teaching Children to Think.   Simon & Schuster, Hemel Hamspstead.
Hudoyo, H. (1990). Strategi Mengajar -Belajar Matematika. IKIP Malang.
Howey,K.R.,   et   al,   (2001).   Contextual   Teaching  And Learning  :  Preparing  Teacher  to  Enhance  Student Success   in   The   Workplace   and   Beyond.   ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education, American   Association   of   Colleges   for   Teacher Education.
Joyce,  B.  &  Weil,  M.  (1992).  Model  of  Teaching.  Engle Wood Cliffs New Jersey, Third Edition, Prentice-Hall, Inc.
Jane-Jane  L.,  et  al.  (1994).  The  Participation,  Beliefs, and Development of  Arithmetic Meaning of A Third- Grade  Student  in  Mathematics  Class  Discussions. Journal for Research in Mathematics Education, 25,
(1), 30 –49.
Leen,  S.  (1991).  Realistic  Mathematics  Education  In Primary   School.   Freudenthal   Institute,   Research group on Mathematics Education Center for Science and Mathematics Education Utrecht University, The Netherlands.
Lamon.  J.S.  (1993).  Ratio  And  Proportion:  Connecting Content   And    Childrens    Thinking.    Journal    for Research   in   Mathematics   Education,   24,(1),   41
– 61.
Mulyasa,E.  (2002).  Kurikulum   Berbasis  Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mayasari    Endah,    dkk.,(1997).    Matematika    Dengan Pendekatan   Keterampilan   Proses   Untuk   Siswa SD.   Bandung:   Penerbit   Bina   Wiraswasta   Insan Indonesia.
Muhajir N, et al. (1997). Metodologi Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). IKIP Yogyakarta.
National   Council   of  Teachers   of   Mathematics.(1995). Assessment  Standards  For  School  Mathematics. NCTM.
Saenz, A. (1994). Michaels Fraction Schemes. Journal for
Research in Mathematics Education, 25, 1: 50 – 85. Sudarsono,F.X..               (1996).  Pedoman              Pelaksanaan
Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)  Bagian  kedua:
Rencana   Desain   dan   Implementasi.   Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Setiawan. (2004). Strategi Pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru
(PPPG) Matematika.
Turmudi,dkk.  (2001).  Strategi  Pembelajaran  Matematika Kontemporer. Bandung: JICA, Universitas Pendidikan Indonesia.





JURNAL, Pendidikan Dasar  Nomor: 8 - Oktober 2007